Home » » Karya Ilmiah B. Indonesia kelas 9 (PENGARUH LIMBAH TERNAK SAPI TERHADAP LINGKUNGAN KELURAHAN BATUTULIS BOGOR

Karya Ilmiah B. Indonesia kelas 9 (PENGARUH LIMBAH TERNAK SAPI TERHADAP LINGKUNGAN KELURAHAN BATUTULIS BOGOR

Written By Unknown on Sabtu, 25 Mei 2013 | 22.01




KATA PENGANTAR

          Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini membahas mengenai limbah ternak sapi terhadap lingkungan sekitar kelurahan Batutulis Bogor yang terkena pengaruhnya. Tujuan penulis membuat makalah ini bukan hanya untuk memenuhi tugas pelajaran Bahasa Indonesia saja, tetapi mengingatkan kepada pemilik ternak untuk memikirkan pengaruh limbah dari sapi-sapi tersebut. Dan penting sekali agar limbah tersebut dikelola lagi agar menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat.

             Dalam penulisan makalah ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada saudara Wahyu Widodo yang telah mengantarkan penulis ke tempat pengamatan,tak lupa penulis berterima kasih kepada Ibu Dewi Yanti sebagai pemilik ternak yang telah meluangkan waktunya untuk diwawancarai. Penulis sadar bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal itu dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita. Akhir kata, penulis memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan.


Bogor, Maret 2013


Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................      i
Daftar Isi.............................................................................................     ii
BAB 1 Pendahuluan
1.      Latar Belakang..................................................................      1
2.      Permasalahan...................................................................      2
3.      Tujuan Penelitian..............................................................      2
4.      Metode Peneltian..............................................................      2
5.      Kegunaan Penelitian........................................................      4
BAB 2 Pembahasan
1.      Pengertian Limbah................................................................ 5
2.      Asal Limbah............................................................................ 7
3.      Dampak limbah Peternakan................................................. 8
4.      Penanggulangan Limbah Peternakan................................ 10
5.      Peran Pemerintah.................................................................. 14
6.      Peran Masyarakat................................................................. 16
BAB 3 Penutup
1.      Kesimpulan........................................................................      17
2.      Saran..................................................................................      17
Daftar Pustaka..................................................................................      18






 BAB 1
 Pendahulan

1.      Latar Belakang
          Lingkungan yang bersih dan sehat bebas dari pencemaran merupakan dambaan setiap masyarakat. Lingkungan yang bersih ini akan menciptakan suasana asri sehingga setiap warga merasakan hidup sehat baik dalam segi jasmani maupun rohani.
          Usaha peternakan dikembangkan karena tingginya permintaan akan produk peternakan. Usaha peternakan juga memberi keuntungan yang cukup tinggi dan menjadi sumber pendapatan bagi banyak masyarakat di Indonesia. Namun demikian, sebagaimana usaha lainnya, usaha peternakan juga menghasilkan limbah yang dapat menjadi sumber pencemaran. Oleh karena itu, untuk meminimalkan limbah peternakan perlu dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota untuk menjaga kenyamanan permukiman masyarakatnya. Salah satu upaya kearah itu adalah dengan memanfaatkan limbah peternakan sehingga dapat memberi nilai tambah bagi usaha tersebut.
          Selama ini banyak keluhan masyarakat akan dampak buruk dari kegiatan usaha peternakan karena sebagian besar peternak mengabaikan penanganan limbah dari usahanya, bahkan ada yang membuang limbah usahanya ke sungai, sehingga terjadi pencemaran lingkungan. Limbah peternakan yang dihasilkan oleh aktivitas peternakan seperti feces, urin, sisa pakan, serta air dari pembersihan ternak dan kandang menimbulkan pencemaran yang memicu protes dari warga sekitar. Baik berupa bau tidak enak yang menyengat, sampai keluhan gatal-gatal ketika mandi di sungai yang tercemar limbah peternakan.
  
          Seiring bertambahnya penduduk dan minimnya lahan pekerjaan, banyak pengusaha yang menempatkan lahan pekerjaannya disekitar rumah penduduk, lebihnya lagi dekat dengan area sekolah. Lalu bagaimana dengan peternak sapi dan pengaruh limbahnya yang dekat dengan tempat-tempat yang telah disebutkan sebelumnya. oleh karena itu, dalam karya ilmiah ini akan diungkapkan sejauh mana limbah mempengaruhi lingkungan.

2.      Permasalahan
Permasalahan ini muncul akibat limbah yang mempengaruhi keadaan lingungan sekitarnya. Agar lebih terperinci, penyusun akan membatasi permasalahan tersebut. Adapun permasalahan tersebut diantaranya sebagai berikut :
1.      Dari mana asal limbah ?
2.      Mengapa permasalahan limbah ternak terjadi ?
3.      Bagaimana akibat adanya limbah ternak ?
4.      Bagaimana cara menanggulangi limbah ternak ?

3.      Tujuan Peneltian
          Tujuan pembuatan karya tulis ini diantaranya sebagai berikut :
1.      Mengetahui pentingnya lingkungan yang sehat bagi masyarakat.
2.      Mengingatkan kepada pemilik agar memikirkan pengaruh akibat limbah ternak tersebut.
3.      Mengupayakan pengelolaan limbah ternak tersebut agar bisa didaur ulang kembali untuk kepentingan yang lain.


4.      Metode Penelitian
     Pengumpulan data dan materi dilakukan dengan cara sebagi berikut :
1.      Wawancara


Contoh :
Disini, saya akan mewawancarai pemilik dari ternak sapi yang terletak di kelurahan Batutulis, Bogor.
1)   Perkenalkan bu saya Haris, ini dengan ibu siapa ?
Jawaban : Ibu Dewi Yanti
2)   Sejak kapan peternakan sapi ini berdiri ?
Jawaban : tahun 1929
3)   Apakah kandang sapi ini rutin dibersihkan ?
Jawaban : ya
4)   Kemana ibu membuang limbah sapi ini ?
Jawaban : kami mendaur ulang limbahnya untuk dijadikan biogas sebagai bahan hemat energi
5)   Apakah ibu mengetahui  bahwa limbah dari kotoran sapi-sapi tersebut mempengaruhi keadaan lingkungan sekitarnya ?
Jawaban : ya, saya tahu
6)   Adakah warga yang pernah memprotes tentang keberadaan ternak sapi ini ?
Jawaban : selama ini tidak ada, tetapi ada salah satu sekolah menengah kejuruan yaitu SMK Bhakti Insani yang memang cukup dekat dengan ternak ini, salah satu guru dari mereka pernah mengatakan bahwa ada siswa yang pingsan akibat mencium bau dari limbah ternak sapi ini. Padahal banyak siswa dari mereka yang sering mengunjungi tempat ini dan membeli susu murni dari hasil pemerahan sapi-sapi tersebut.
7)   Lalu upaya apa yang telah ibu lakukan untuk mengurangi akibat dari limbah  kotoran sapi ini ?
Jawaban : kami olah kotoran sapi tersebut menjadi biogas dan jika masih ada sisa dari biogas tersebut bisa dimanfaatkan untuk kesuburan tanaman.

2.      Pengamatan langsung
3.      Sumber-sumber bacaan dari internet





5.      Kegunaan Penilitian
          Penelitian ini berguna untuk kepentingan masyarakat termasuk para pengusaha-pengusaha ternak sapi di Indonesia, antara lain sebagai berikut :
1.      Menemukan cara membuang limbah yang cocok dengan lingkungannya
2.      Mendaur ulang limbah organik
3.      Membuat/mengelola limbah menjadi sesuatu yang berguna bagi masayarakat



















BAB 2
Pembahasan

1.      Pengertian Limbah
          Limbah atau sampah bisa diartikan sebagai kotoran hasil pengolahan pabrik ataupun manusia yang mengandung zat kimia berupa sampah dan dapat menimbulkan polusi serta menganggu kesehatan. Pada umumnya sebagian besar orang mengatakan bahwa limbah adalah sampah yang sama sekali tidak berguna dan harus dibuang, namun jika pembuangan dilakukan secara terus-menerus maka akan menimbulkan penumpukan sampah. Limbah bukanlah suatu hal yang harus dibuang tanpa guna, karena dengan pengolahan dan pemanfaat secara baik limbah akan menjadi barang yang lebih berguna dari sebelumya.

          Limbah akan menjadi suatu yang sangat berguna dan memiliki nilai jual tinggi kala limbah diolah secara baik dan benar. Limbah yang tidak diolah akan menyebabkan berbagai polusi baik polusi udara, polusi air, polusi tanah dan juga polusi lain yang akan menjadi sarang penyakit. Pada lingkungan tempat pembuangan sampah bisa dipastikan udara sekitar tidak sehat dengan bau yang tak sedap dari limbah, sumber air sekitar lingkungan akan tercemar dengan resapan limbah dan tanah yang ada di lingkungan ini akan terkontaminasi dengan zat kimia limbah sehingga tanah akan tandus.
          Dari pengertian limbah yang ada, limbah digolongkan menjadi dua jenis macam limbah yakni limbah organik dan limbah anorganik. Berikut penjelasannya:

a. Limbah organik
          Limbah organik termasuk pada jenis limbah yang mudah diuraikan zat-zatnya mejadi partikel-partikel yang baik untuk lingkungan. Limbah organik bisa berupa sampah rumah tangga, sampah industri yang tidak menggunakan bahan kimia misalnya sampah sayur-sayuran dan sampah peralatan yang alami ataupun sampah hasil ternak. Limbah organik dari rumah tangga tidak hanya berpaku pada sampah-sampah yang berupa hasil olahan makhluk hidup saja tetapi limbah apapun asalkan mampu diolah menjadi benda-benda yang lebih bermanfaat dan dapat diuraikan adalah limbah organik. 
          Contoh limbah organik yaitu limbah ternak. Limbah ternak adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan seperti usaha pemeliharaan ternak, rumah potong hewan, pengolahan produk ternak, dan sebagainya. Limbah tersebut meliputi limbah padat dan limbah cair seperti feses, urine, sisa makanan, embrio, kulit telur, lemak, darah, bulu, kuku, tulang, tanduk, isi rumen, dan lain-lain. Semakin berkembangnya usaha peternakan, limbah yang dihasilkan semakin meningkat.
          Kotoran sapi yang terdiri dari feces dan urine merupakan limbah ternak yang terbanyak dihasilkan dan sebagian besar manure dihasilkan oleh ternak ruminansia seperti sapi, kerbau kambing, dan domba. Umumnya setiap kilogram susu yang dihasilkan ternak perah menghasilkan 2 kg limbah padat (feses), dan setiap kilogram daging sapi menghasilkan 25 kg feses.
          Menurut Soehadji, limbah peternakan meliputi semua kotoran yang dihasilkan dari suatu kegiatan usaha peternakan baik berupa limbah padat dan cairan, gas, maupun sisa pakan. Limbah padat merupakan semua limbah yang berbentuk padatan atau dalam fase padat (kotoran ternak, ternak yang mati, atau isi perut dari pemotongan ternak). Limbah cair adalah semua limbah yang berbentuk cairan atau dalam fase cairan (air seni atau urine, air dari pencucian alat-alat). Sedangkan limbah gas adalah semua limbah berbentuk gas atau dalam fase gas.
          Pencemaran karena gas metan menyebabkan bau yang tidak enak bagi lingkungan sekitar. Gas metan (CH4) berasal dari proses pencernaan ternak ruminansia. Gas metan ini adalah salah satu gas yang bertanggung jawab terhadap pemanasan global dan perusakan ozon, dengan laju 1 % per tahun dan terus meningkat. Apalagi di Indonesia, emisi metan per unit pakan atau laju konversi metan lebih besar karena kualitas hijauan pakan yang diberikan rendah. Semakin tinggi jumlah pemberian pakan kualitas rendah, semakin tinggi produksi metan.

b. Limbah anorganik
          Limbah anorganik merupakan limbah yang berasal dari limbah pabrik dan perusahaan-perusahaan yang bergerak pada bidang pertambangan. Sumber daya alam yang tidak mampu untuk diuraikan menjadi partikel-partikel berguna inilah yang dikatakan limbah anorganik. Limbah industri anorganik yang tidak dapat diuaraikan ini akan berbahaya bagi kesehatan dan menjadi sampah yang tidak berguna bagi manusia maupun lingkungan sekitar. Limbah rumah tangga yang berupa benda-benda bekas seperti plastik, kaleng bekas, botol-botol bekas dan peralatan lain juga dikatakan menjadi limbah anorganik karena limbah ini tidak mampu diuraikan.


2.      Asal Limbah
          Limbah dibuat oleh perusahaan perumahan, kelembagaan, dan komersial dan industri rumah tangga dan termasuk limbah cair dari toilet, mandi, mandi, dapur, cuci dan sebagainya yang dibuang melalui saluran pembuangan. Di banyak daerah, limbah juga mencakup limbah cair dari industri dan perdagangan. Pemisahan dan pengeringan limbah rumah tangga menjadi greywater dan Blackwater menjadi lebih umum di negara maju, dengan greywater yang diijinkan untuk digunakan untuk menyiram tanaman atau didaur ulang untuk penyiram toilet.

          Kotoran dapat mencakup limpasan Darurat. Sistem pembuangan limbah mampu menangani stormwater dikenal sebagai sistem gabungan. Sistem saluran pembuangan gabungan biasanya dihindari sekarang karena curah hujan sangat beragam menyebabkan arus mengurangi efisiensi pengolahan limbah. Selokan gabungan membutuhkan jauh lebih besar, fasilitas pengobatan yang lebih mahal, dari selokan sanitasi. Limpasan badai berat dapat membanjiri sistem pengolahan limbah, menyebabkan tumpahan atau overflow. Selokan Sanitary biasanya jauh lebih kecil daripada selokan gabungan, dan mereka tidak dirancang untuk transportasi Darurat. Backup limbah baku dapat terjadi jika Infiltrasi berlebihan / Inflow diizinkan masuk ke sistem saluran pembuangan saniter.
          Kemudian ada dua jenis limbah yang dihasilkan oleh peternakan sapi yaitu limbah padat, seperti sisa pakan dan fases (kotoran sapi), serta limbah cair berupa urine sapi, dan air bekas pencucian kandang. Kotoran sapi adalah limbah besar yang dihasilkan, karena seekor sapi potong atau sapi perah dewasa, rata-rata menghasilkan kotoran sebanyak 6% dari bobot tubuhnya


3.      Dampak Limbah Peternakan
          Limbah ternak masih mengandung nutrisi atau zat padat yang potensial untuk mendorong kehidupan jasad renik yang dapat menimbulkan pencemaran. Suatu studi mengenai pencemaran air oleh limbah peternakan melaporkan bahwa total sapi dengan berat badannya 5.000 kg selama satu hari, produksi manurenya dapat mencemari 9.084 x 10 7 m3air. Selain melalui air, limbah peternakan sering mencemari lingkungan secara biologis yaitu sebagai media untuk berkembang biaknya lalat. Kandungan air manure antara 27-86 % merupakan media yang paling baik untuk pertumbuhan dan perkembangan larva lalat, sementara kandungan air manure 65-85 % merupakan media yang optimal untuk bertelur lalat.
          Lalu, dampak bagi sebagian warga kelurahan Batutulis Bogor yang dekat dengan salah satu peternakan sapi di daerah tersebut yaitu, pencemaran udara yang mengakibatkan terciumnya aroma tidak sedap dari limbah/kotoran sapi-sapi tersebut. Memang diantara mereka tidak pernah memprotes tentang keberadaan ternak sapi tersebut, sebab peternakan yang telah berdiri sejak tahun 1929 tersebut tidak pernah membuat warga disekitar daerah tersebut mengidap penyakit hingga mengalami kematian, tetapi ada salah satu Sekolah Menengah Kejuruan yang terletak cukup dekat dengan peternakan milik Ibu Dewi ini merasa terganggu dengan bau tak sedap dari limbah/kotoran sapi tersebut, sampai mereka protes kepada pemilik ternak tersebut. Tetapi pemilik ternak menyangkal bahwa sekolah tersebutlah yang memang harus merasakan resikonya, karena peternakan tersebut lebih dulu berdiri dibandingkan dengan sekolah tersebut.
          Walaupun tidak pernah menyebabkan kematian, tetapi pencemaran udara yang ditimbulkannya menjadikan orang-orang disekitarnya merasa terganggu dengan aroma tidak sedap dari limbah/kotoran sapi-sapi tersebut. Disamping itu, sekolah yang letaknya berdekatan dengan ternak tersebut merasa tidak nyaman saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.

          Kehadiran limbah ternak dalam keadaan kering pun dapat menimbulkan pencemaran yaitu dengan menimbulkan debu. Pencemaran udara di lingkungan penggemukan sapi yang paling hebat ialah sekitar pukul 18.00, kandungan debu pada saat tersebut lebih dari 6000 mg/m3, jadi sudah melewati ambang batas yang dapat ditolelir untuk kesegaran udara di lingkungan (3000 mg/m3)
Salah satu akibat dari pencemaran air oleh limbah ternak ruminansia ialah meningkatnya kadar nitrogen. Senyawa nitrogen sebagai polutan mempunyai efek polusi yang spesifik, dimana kehadirannya dapat menimbulkan konsekuensi penurunan kualitas perairan sebagai akibat terjadinya proses eutrofikasi, penurunan konsentrasi oksigen terlarut sebagai hasil proses nitrifikasi yang terjadi di dalam air yang dapat mengakibatkan terganggunya kehidupan biota air.
          Hasil penelitian dari limbah cair Rumah Pemotongan Hewan Cakung, Jakarta yang dialirkan ke sungai Buaran mengakibatkan kualitas air menurun, yang disebabkan oleh kandungan sulfida dan amoniak bebas di atas kadar maksimum kriteria kualitas air. Selain itu adanya Salmonella spp. yang membahayakan kesehatan manusia.
          Tinja dan urine dari hewan yang tertular dapat sebagai sarana penularan penyakit, misalnya saja penyakit anthrax melalui kulit manusia yang terluka atau tergores. Spora anthrax dapat tersebar melalui darah atau daging yang belum dimasak yang mengandung spora. Kasus anthrax sporadik pernah terjadi di Bogor tahun 2001 dan juga pernah menyerang Sumba Timur tahun 1980 dan burung unta di Purwakarta tahun 2000.
4.      PENANGGULANGAN LIMBAH PETERNAKAN
          Limbah peternakan dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan, apalagi limbah tersebut dapat diperbaharui (renewable) selama ada ternak. Limbah ternak masih mengandung nutrisi atau zat padat yang potensial untuk dimanfaatkan. Limbah ternak kaya akan nutrient (zat makanan) seperti protein, lemak, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN), vitamin, mineral, mikroba atau biota, dan zat-zat yang lain (unidentified subtances). Limbah ternak dapat dimanfaatkan untuk bahan makanan ternak, pupuk organik, energi dan media berbagai tujuan.
1)      Pemanfaatan Untuk Pakan dan Media Cacing Tanah
          Sebagai pakan ternak, limbah ternak kaya akan nutrien seperti protein, lemak BETN, vitamin, mineral, mikroba dan zat lainnya. Ternak membutuhkan sekitar 46 zat makanan esensial agar dapat hidup sehat. Limbah feses mengandung 77 zat atau senyawa, namun didalamnya terdapat senyawa toksik untuk ternak. Untuk itu pemanfaatan limbah ternak sebagai makanan ternak memerlukan pengolahan lebih lanjut. Tinja ruminansia juga telah banyak diteliti sebagai bahan pakan termasuk penelitian limbah ternak yang difermentasi secara anaerob.
          Penggunaan feses sapi untuk media hidupnya cacing tanah, telah diteliti menghasilkan biomassa tertinggi dibandingkan campuran feces yang ditambah bahan organik lain, seperti feses 50% + jerami padi 50%, feses 50% + limbah organik pasar 50%, maupun feses 50% + isi rumen 50%.
2)      Pemanfaatan Sebagai Pupuk Organik
         Pemanfaatan limbah usaha peternakan terutama kotoran ternak sebagai pupuk organik dapat dilakukan melalui pemanfaatan kotoran tersebut sebagai pupuk organik. Penggunaan pupuk kandang (manure) selain dapat meningkatkan unsur hara pada tanah juga dapat meningkatkan aktivitas mikrobiologi tanah dan memperbaiki struktur tanah tersebut.
         Kandungan Nitrogen, Posphat, dan Kalium sebagai unsur makro yang diperlukan tanaman, tersaji dalam tabel berikut.
Kadar N, P dan K dalam Pupuk Kandang dari Beberapa Jenis Ternak
Jenis Pupuk Kandang
Kandungan (%)
N
P2O5
K2O
Kotoran Sapi
Kotoran Kuda
Kotoran Kambing
Kotoran Ayam
Kotoran Itik
0.6
0.4
0.5
1.6
1.0
0.3
0.3
0.3
0.5
1.4
0.1
0.3
0.2
0.2
0.6
Sumber : Nurhasanah, Widodo, Asari, dan Rahmarestia, 2006
          Kotoran ternak dapat juga dicampur dengan bahan organik lain untuk mempercepat proses pengomposan serta untuk meningkatkan kualitas kompos tersebut .
3)      Pemanfaatan Untuk Biogas
          Permasalahan limbah ternak, khususnya manure dapat diatasi dengan memanfaatkan menjadi bahan yang memiliki nilai yang lebih tinggi. Salah satu bentuk pengolahan yang dapat dilakukan adalah menggunakan limbah tersebut sebagai bahan masukan untuk menghasilkan bahan bakar biogas. Termasuk Ibu Dewi sang pemilik ternak sapi di Kelurahan Batutulis, Bogor. untuk mengurangi pencemaran yang dihasilkan dari ternaknya, beliau mengolah limbah sapi-sapinya menjadi biogas untuk bahan baku energi, dan sisanya dimanfaatkan untuk pupuk tanaman. Kotoran ternak ruminansia memang sangat baik untuk digunakan sebagai bahan dasar pembuatan biogas. Ternak ruminansia mempunyai sistem pencernaan khusus yang menggunakan mikroorganisme dalam sistem pencernaannya yang berfungsi untuk mencerna selulosa dan lignin dari rumput atau hijauan berserat tinggi. Oleh karena itu pada tinja ternak ruminansia, khususnya sapi mempunyai kandungan selulosa yang cukup tinggi. Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa tinja sapi mengandung 22.59% sellulosa, 18.32% hemi-sellulosa, 10.20% lignin, 34.72% total karbon organik, 1.26% total nitrogen, 27.56:1 ratio C:N, 0.73% P, dan 0.68% K .
          Biogas adalah campuran beberapa gas, tergolong bahan bakar gas yang merupakan hasil fermentasi dari bahan organik dalam kondisi anaerob, dan gas yang dominan adalah gas metan (CH4) dan gas karbondioksida (CO2). Biogas memiliki nilai kalor yang cukup tinggi, yaitu kisaran 4800-6700 kkal/m3, untuk gas metan murni (100 %) mempunyai nilai kalor 8900 kkal/m3. Produksi biogas sebanyak 1275-4318 I dapat digunakan untuk memasak, penerangan, menyeterika dan mejalankan lemari es untuk keluarga yang berjumlah lima orang per hari.
         Pembentukan biogas dilakukan oleh mikroba pada situasi anaerob, yang meliputi tiga tahap, yaitu tahap hidrolisis, tahap pengasaman, dan tahap metanogenik. Pada tahap hidrolisis terjadi pelarutan bahan-bahan organik mudah larut dan pencernaan bahan organik yang komplek menjadi sederhana, perubahan struktur bentuk primer menjadi bentuk monomer. Pada tahap pengasaman komponen monomer (gula sederhana) yang terbentuk pada tahap hidrolisis akan menjadi bahan makanan bagi bakteri pembentuk asam. Produk akhir dari gula-gula sederhana pada tahap ini akan dihasilkan asam asetat, propionat, format, laktat, alkohol, dan sedikit butirat, gas karbondioksida, hidrogen dan amoniak.
          Model pemroses biogas yang banyak digunakan adalah model yang dikenal sebagai fixed-dome. Model ini banyak digunakan karena usia pakainya yang lama dan daya tampungnya yang cukup besar. Meskipun biaya pembuatannya memerlukan biaya yang cukup besar.
          Untuk mengatasi mahalnya pembangunan pemroses biogas dengan model feixed-dome, tersebut sebuah perusahaan di Jawa Tengah bekerja sama dengan Balai Pengkajian dan Penerapan Teknolgi Ungaran mengembangkan model yang lebih kecil untuk 4-5 ekor ternak, yang siap pakai, dan lebih murah karena berbahan plastik yang dipendam di dalam tanah.
          Di pedesaan, biogas dapat digunakan untuk keperluan penerangan dan memasak sehingga dapat mengurangi ketergantungan kepada minyak tanah ataupun listrik dan kayu bakar. Bahkan jika dimodifikasi dengan peralatan yang memadai, biogas juga dapat untuk menggerakkan mesin.
4)      Pemanfaatan Lainnya
          Selain dimanfaatkan untuk pupuk, bahan pakan, atau biogas, kotoran ternak juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar dengan mengubahnya menjadi briket dan kemudian dijemur/dikeringkan. Briket ini telah dipraktekkan di India dan dapat mengurangi kebutuhan akan kayu bakar.
          Pemanfaatan lain adalah penggunaan urin dari ternak untuk campuran dalam pembuatan pupuk cair maupun penggunaan lainnya.
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari pengelolaan limbah ternak yang tepat adalah:
-       menciptakan usaha budidaya sapi perah dan produksi susu
        berjalan optimal
-       meniadakan unsur pencemar di dalam lokasi kegiatan,
-       menghasilkan produk susu yang lebih berkualitas,
-       menghindari  pencemaran di lokasi peternakan dan lingkungan
        sekitar,
-       menciptakan kondisi yang harmonis dengan masyarakat sekitar.










5.      Peran Pemerintah
          Peran pemerintah dalam mengembangakan sumber energi alternatif didukung oleh univerisitas dalam penelitian-penelitian yang berbasis sumber energi alternatif ramah lingkungan yang salah satu berasal dari limbah peternakan. Selain itu, peran industri dalam mendukung pemerintah dan univesitas dalam pengembangan sumber energi alternatif seharusnya mampu mempercepat proses tersebut karena industri salah satu pengguna terbesar dari bahan bakar minyak untuk proses produksinya sehingga industri turut bertanggung terhadap pengembang energi alternatif yang berbasis sumber daya lokal.
          Pemerintah, universitas dan industri adalah pihak-pihak yang mempunyai kewenangan untuk memberikan arahan kepada masyarakat mengenai pengembangan pemanfataan limbah peternakan sebagai sumber energi alternatif ramah lingkungan. Limbah peternakan melalui proses anaerobic digestion akan dikonversi menjadi biogas dengan beberapa keuntungan antara lain sebagai energi dengan tidak menggunakan bahan yang masih memiliki manfaat termasuk biomassa sehingga biogas tidak merusak keseimbangan karbondioksida yang diakibatkan oleh salah satunya dengan adanya penggundulan hutan (deforestation) dan perusakan tanah, energi biogas dapat berfungsi sebagai energi pengganti bahan bakar minyak sehingga akan menurunkan gas rumah kaca di atmosfer dan emisi lainnya, metana merupakan salah satu gas rumah kaca yang keberadaannya di atmosfer akan meningkatkan temperatur, dengan menggunakan biogas sebagai bahan bakar maka akan mengurangi gas metana di udara, limbah peternakan berupa feses, ekskreta, urin, sisi pakan dan bahan-bahan organik lainya yang dapat dioptimalkan pemanfaatannya, bahkan bisa mengganggu kesehatan serta mencemari lingkungan. Aplikasi anaerobic digestion akan meminimalkan efek tersebut dan meningkatkan nilai manfaat dari limbah peternakan dan selain keuntungan energi yang didapat dari proses anaerobic digestiondengan menghasilkan biogas, produk samping berupa sludge atau slurry. Sludge atau slurry ini diperoleh dari sisa proses anaerobic digestion yang berupa padat, semi padat dan cair. Masing-masing dapat digunakan sebagai pupuk berupa pupuk cair, pupuk semi padat dan pupuk padat.
          Jenis reaktor biogas ada beberapa yang dikembangkan antara lain reaktor jenis kubah tetap (fixed-dome), reaktor terapung (floating drum), reaktor jenis balon, jenis horizontal, jenis lubang tanah, jenis ferrocement dan saat ini sedang dikembangakan biodigester skala rumah tangga yang portable dengan biaya yang terjangkau, tidak membutuhkan tempat yang luas serta mudah dipindahkan sehingga memudahkan dalam penempatannya. Biodigester atau reaktor untuk pembentukan biogas pada dasar membuat suatu tempat menjadi tanpa udara sehingga terjadi proses secara anaerobic digestion.
          Ketergantungan rumah tangga terhadap bahan bakar minyak harus dikurangi bahkan dihilangkan dengan ketersediaannya yang kian hari kian berkurang bahkan tidak dapat perbarui (unrenewable). Limbah peternakan sebagai sumber daya lokal yang dihasilkan oleh ternak yang dimiliki oleh sebagian besar masyarakat Indonesia yang notabene-nya petani dengan memelihara ternak sebagai usaha pendukung. Limbah peternakan yang apabila dibiarkan saja akan dapat mencemari lingkungan dan mengganggu kesehatan. Akan tetapi dengan adanya sentuhan teknologi sederhana melalui proses anaerobic digestion dalam biodigester atau reaktor limbah peternakan dapat diubah menjadi gas metan (CH4) yang mudah terbakar sehingga dapat diaplikasikan sebagai pengganti bahan bakar minyak bagi rumah tangga yang ramah lingkungan karena hasil luaran dari pembentukan biogas merupakan bahan-bahan organik yang sudah terdekomposisi adalah unsur hara yang dapat diimplementasikan sebagai pupuk organik bagi tanaman dan dapat menyuburkan tanah.



6.      Peran Masyarakat
         Dua manfaat sekaligus yang dapat diaplikasikan oleh masyarakat dalam pemanfaatan limbah peternakan. Limbah peternakan sebagai sumber daya lokal untuk masyarakat dapat bangkit dari keterpurukan terutama ketergantungan akan energi menjadi salah satu usaha yang harusnya diunggulkan untuk ke depannya. Sumber daya lokal berupa limbah peternakan akan terus meningkat seiring dengan kebutuhan masyarakat akan protein hewani maka peternakan Indonesia akan mengalami peningkatan dan hal ini akan berbanding lurus dengan kepemilikan ternak oleh masyarakat dan limbah peternakan yang dihasilkan yang semakin banyak. Keadaan ini akan sangat mendukung untuk pengembangan pemanfaatan limbah peternakan sebagai sumber energi alternatif ramah lingkungan berupa biogas melalui proses anaerobic digestion dengan program pemerintah yang sedang mengembangkan sumber energi alternatif berbasis sumber daya lokal yang banyak dihasilkan tetapi belum maksimal pemanfaatannya. 












BAB 3
Penutup

1.      Kesimpulan
          Limbah usaha peternakan berpeluang mencemari lingkungan jika tidak dimanfaatkan. Namun memperhatikan komposisinya, kotoran ternak masih dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan, media pertumbuhan cacing, pupuk organik, biogas, dan briket energi.

          Pemanfaatan limbah ternak akan mengurangi tingkat pencemaran lingkungan baik pencemaran air, tanah,maupun udara. Pemanfaatan tersebut juga menghasilkan nilai tambah yang bernilai ekonomis.


2.      Saran
          Sebaiknya pemilik ternak harus memikirkan dampak yang ditimbulkan dari limbah peternakan sapinya. Karena limbah-limbah yang dihasilkan menjadikan lingkungan disekitarnya tercemar dengan bau tak sedap. Tetapi pemerintah juga harus membantu para peternak di Indonesia, karena peternakan sangat penting keberadaannya. Jika tidak ada peternak maka apa daya, tidak akan ada susu di negeri ini kecuali ASI.



Daftar Pustaka

Share this article :
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Kim Ha YaM's - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger